Tuesday, May 17, 2016

Tokoh dan Sejarah | Ts'ai Lun (Penemu Kertas)

Ts'ai Lun


               Penemu bahan kertas Ts’ai Lun besar kemungkinan sebuah nama yang asing kedengaran di kuping pembaca. Menimbang betapa penting penemuannya, sangatlah mengherankan orang-orang barat meremehkannya begitu saja. Tidak sedikit ensiklopedia besar tak mencantumkan namanya sepatah kata pun. Ini sungguh keterlaluan. Ditilik dari sudut penting kegunaan kertas amat langkanya Ts’ai Lun disebut-sebut bisa menimbulkan sangkaan jangan-jangan Ts’ai Lun sebuah figur tak menentu dan tidak bias dipercaya ada atau tidaknya. Tapi, penyelidikan seksama meembuktikan dengan mutlak jelas bahwa Ts’ai Lun itu benar-benar ada dan bukan sejenis jin dalam dongeng.

                Dia merupakan seorang pegawai negeri pada pengadilan kerajaan yang di tahun 105 M mempersembahkan contoh kertas kepada kaisar Ho Ti. Catatan Cina tentang penemuan Ts’ai Lun ini (terdapat dalam penulisan sejarah resmi dinasti Han) sepenuhnya terus terang dan dapat dipercaya, tanpa sedikitpun ada bau-bau magis atau dongeng. Orang-orang Cina senantiasa menghubungkan nama Ts’ai Lun dengan penemu kertas dan namanya tersohor di seluruh Cina.

                Tak banyak perihal dapat diketahui tentang kehidupan Ts’ai Lun, kecuali ada yang menyebut dia itu orang kebirian. Tercatat pula kaisar teramat girang dengan penemuan Ts’ai Lun, dan dia membuatnya naik pangkat, dapat gelar kebangsawanan dan dengan sendirinya jadi cukong. Tapi, belakangan dia terlibat dalam komplotan anti istana yang menyeret ke kejatuhannya. Catatan-catatan Cina menyebut (sesuadah dia disepak) Ts’ai Lun mandi bersih-bersih, mengenakan gaunnya yang terindah, lalu meneguk racun.

                Penggunaan kertas meluas di seluruh Cina pada abad ke-2, dan dalam beberapa abad saja Cina sudah sanggup mengekspor kertas ke Negara-negara Asia. Lama sekali Cina merahasiakan cara pembuatan kertas ini. Di tahun 751 M, beberapa tenaga ahli pembuat kertas tertawan oleh orang-orang Arab sehingga dalam tempo singkat kertas sudah diprodusir di Baghdad dan Samarkand. Teknik pembuatan kertas menyebar keseluruh dunia Arab dan baru di abad ke-12 orang-orang Eropa mulai mempelajari teknik ini. Setelah itulah pemakaian kertas mulai berkembang luas dan sesudah Gutenberg menemukan mesin cetak modern, kertas menggantikan kedudukan kulit kambing sebagai sarana tulis-menulis di Barat.

                Kini pengguaaan kertas begitu umumnya sehingga tak seorangpun sanggup membayangkan bagaimana bentuk dunia tanpa kertas. Di Cina sebelum penemuan Ts’ai Lun umumnya buku dibuat dari bambu. Bayangkan saja buku seperti itu pasti sangat berat dan ribet. Memang ada juga buku yang dibuat dari sutera tetapi harganya sangat mahal untuk penduduk umum. Sedangkan di barat (sebelum ada kertas) buku ditulis diatas kulit kambing atau lembu. Material sebagai pengganti papyrus yang digemari oleh orang-orang Yunani, Romawi, dan Mesir. Baik kulit maupun papyrus bukan saja termasuk barang langka tapi juga harga sulit terjangkau oleh masyarakat umum. Sekarang, entah buku ataupun barang tulisan lain dapat diproduksi secara murah sekaligus dalam jumlah besar-besaran. Ini semua berkat adanya kertas. Memang, arti penting kertas tidaklah begitu menonjol tanpa adanya mesin cetak, tapi sebaliknya mesin cetak pun tak akan berarti jika tidak adanya bahan kertas yang begitu banyak dan begitu murah.

                Sebelum adanya Ts’ai Lun tak ada satu tulisan bermutu pun di Cina. Di dunia Barat papyrus sudah ada, dan meskipun bahan itu mengalami kemunduran, tulisan dalam bentuk gulungan tak terbatas jumlahnya dan buku-buku lebih baik kualitasnya daripada di tulis diatas kayu atau bambu. Kekurangan bahan untuk menulis merupakan faktor penghambat utama kemajuan budaya di Cina. Seorang sarjana Cina memerlukan satu gerobak untuk membawa sejumlah buku yang dianggapnya bermanfaat. Bayangkan saja betapa sulitnya berusaha mengatur administrasi pemerintahan dengan keadaan seperti itu.

                Penemuan Ts’ai Lu merombak total keadaan itu.dengan sejumlah bahan-bahan tulisan yang ada, kebudayaan Cina melonjak naikbegitu cepat sehingga hanya dalam beberapa abad sudah mampu mengimbangi Barat. Tentu, perpecahan politik di Barat menjadi sebab penting, tapi ini sama sekali bukan merupakan sebab utama. Di abad ke-4 M Cina pun secara politis terpecah-pecah, tapi walaupun begitu kebudayaan tetap maju dengan cepatnya. Dalam abad-abad berikutnya, tatkala kemajuan di Barat tersendat-sendat, Cina justru berhasil meraih penemuan-penemuan penting seperti kompas, bahan peledak, dan cara mencetak dengan blok. Sejak kertas jauh lebih murah ketimbang kulit kambing serta dapat diperoleh dalam jumlah besar, keadaan sekarang terbalik.

                Sesudah orang-orang Barat menggunakan kertas, mereka mampu duduk berhadapan dengan Cina, bahkan mampu menyempitkan jurang pemisah cultural. Tulisan-tulisan Marco polo menekankan keyakinannya bahwa bahkan di abad ke-13 M Cina berada jauh di atas Eropa dalam hal kemakmuran.

                Mengapa setelahnya Cina berada dibelakang Eropa? Berbagai penjagaan cultural yang telah di coba, tapi mungkin pengamatan teknologi yang sederhana dapat menemukan jawabannya. Di abad ke-15 M di Eropa, seorang jenius bernama Johann Gutenberg menemukan cara memproduksi buku sebanyak-banyaknya. Akibat penemuan itu, kultur Eropa maju dengan pesat. Karena Cina tidak memiliki orang seperti Gutenberg, Cina tetap bertahan pada sistim pencetakan blok sehingga perkembangan kulturnya merangkak lebih lambat.

                Apabila orang menerima analisa di atas, mungkin memiliki kesimpulan bahwa Ts’ai Lun dan Gutenberg adalah dua manusia yang merupakan tokoh sentral sejarah dunia.


                Memang, Ts’ai Lun berada di barisan paling depan dari penemu-penemu lain karena beberapa alasan. Umumnya penemuan-penemuan merupakan produk dari jamannya dan bisa juga terjadi walaupun orang yang benar-benar menemukannya tak pernah hidup samasekali. Tapi, keadaan ini samasekali tidak berlaku pada masalah kertas. Orang-orang Eropa tidak mulai memproduksi kertas beribu-ribu tahun sesudah Ts’ai Lun. Mereka baru terbuka pikiran dan membuatnya sesudah belajar proses pembuatannya dari bangsa Arab. Dalam hubungan ini, walaupun orang sudah mengetahui bagaimana orang Cina memproduksi kertas, bangsa-bangsa Asia lainnya tak pernah memiliki kemampuan untuk memproduksinya. Jadi sudah jelas jika penemuan cara memproduksi kertas bukanlah hal yang gampang, tak bisa begitu saja dapat dilaksanakan oleh kebudayaan maju yang serba tangggung, melainkan erat kaitannya dengan sumbangan pikiran dari perseorangan yang melebihi kelebihan yang luar biasa. Ts’ai Lun adalah model orang seperti itu, dan cara membuat kertas yang dilakukannya (di samping modernisasi yang diperkenalkan sekitar tahun 1800 M) pada dasarnya sama seperti apa yang dilakuakan orang hingga saat ini.

0 comments:

Post a Comment